Jika dilihat menurut istilah syar’i, hadiah memiliki arti menyerahkan sesuatu pada seseorang agar bisa terwujud hubungan yang baik sekaligus mendapatkan pahala dari Allah tanpa ada syarat dan juga permintaan. Hukum asli memberi hadiah dalam Islam adalah mubah atau diperbolehkan. Akan tetapi ada beberapa situasi yang bisa menyebabkan aktivitas memberikan hadiah menjadi haram yaitu saat pemberi mengharapkan imbalan dari yang sudah diberikan dengan imbalan yang bersifat menimbulkan kemudhorotan seperti suap atau sogokan. Sedangkan untuk hukum menerima hadiah sendiri, para ulama masih berselisih meski pendapat terkuatnya adalah jika menerima hadiah adalah wajib dan tiada hal syar’i yang membuat hadiah tersebut harus ditolak. Selain itu, sebenarnya saling memberi hadiah adalah perbuatan yang baik dan dianjurkan dalam Islam serta menjadi salah satu etika dalam kehidupan bermasyarakat dan bisa memberi banyak kegunaan. Beberapa manfaat hadiah menurut Islam diantaranya akan kami jelaskan berikut ini.
Tidak hanya pada pasangan, namun memberikan hadiah pada orang lain seperti anak, teman dan sebagainya bisa menumbuhkan rasa saling cinta terhadap orang tersebut seperti manfaat sedekah. Dalam HR Al Bukhari disebutkan jika saling menghadiahilah kalian maka niscaya akan saling mencintai. Dengan ini, hadiah bisa dijadikan sarana untuk menjalin silaturahmi antar sesama manusia.
Kesenjangan sosial sudah menjadi masalah klasik yang hingga saat ini masih belum ditemukan jalan keluarnya. Masyarakat yang hidup di kota dan memiliki kekayaan berlimpah sangat berbanding terbalik dengan masyarakat pedesaan atau pinggiran khususnya sekarang ini dimana orang kaya akan semakin kaya dan orang miskin akan semakin kesulitan. Inilah yang nantinya bisa menimbulkan sifat iri dan juga dengki yang bahkan bisa berkembang menjadi kriminalitas di masyarakat yang memiliki lemah iman. Hadiah bisa dijadikan solusi baik untuk mengatasi iri dan juga kedengkian tersebut seperti manfaat sedekah makanan. “Saling menghadiahilah kalian karena sesungguhnya hadiah itu akan mencabut atau menghilangkan kedengkian.” (HR. Ibnu Mandah).
Ketika memberikan hadiah pada teman, keluarga atau orang lain, maka biasanya kita berpikir tentang hadiah apa yang paling baik diberikan untuk orang tersebut. Umumnya kita akan berpikir tentang hal apa saja yang ia sukai dan apa yang tidak dari penerima hadiah. Semakin sering memberikan hadiah dilakukan, maka membuat pemberi hadiah akan semakin sensitif dan empati pada orang lain seperti yang juga terjadi pada manfaat mendoakan orang lain.
Memberikan hadiah pada orang terdekat, keluarga, anak, orang tua, pasangan dan lain sebagainya bisa mendekatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Memberi hadiah atau saling bertukar hadiah bisa memperlihatkan keintiman yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan orang lainnya seperti manfaat tolong menolong.
Ketika orang tua memberikan hadiah pada anak, maka ini bisa dijadikan sebagai bentuk penghargaan atau apresiasi atas perbuatan atau prestasi yang sudah dilakukan anak. Perlu diketahui jika jiwa anak yang lembut masih sangat membutuhkan apresiasi atas segala hal baik yang sudah ia lakukan. Untuk itu, hadiah menjadi cara terbaik yang bisa dilakukan orang tua khususnya ketika anak baru saja melakukan sesuatu hal yang sebelumnya tidak bisa ia lakukan seperti merapikan mainan sesudah selesai dan lain sebagainya.
Manfaat perilaku terpuji yakni memberikan hadiah merupakan motivasi yang baik dilakukan ketika anak baru saja melakukan sebuah kebaikan. Hadiah yang bisa diberikan sendiri tidak harus berbentuk benda atau barang, namun dengan memberi pelukan, ciuman dan juga pujian sudah cukup baik untuk membuat anak bangga dan semakin terdorong untuk melakukan lebih banyak kebaikan.
Manfaat hadiah menurut Islam merupakan hal yang baik dilakukan dan juga tidak dilarang dalam Islam bahkan bisa membuahkan pahala untuk pemberi hadiah tersebut. Untuk itu, sebaiknya memberikan atau saling bertukar hadiah sering dilakukan namun hanya untuk tujuan yang baik dan tidak mengharapkan imbalan.